Masalah kesenjangan ekonomi di Indonesia kembali menjadi sorotan. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) menyebut jurang antara si kaya dan si miskin di negeri ini termasuk yang paling lebar di dunia.
“Indonesia berada di peringkat keempat negara dengan tingkat ketimpangan tertinggi, setelah Rusia, India, dan Thailand,” ungkap Bambang Widianto, Sekretaris Eksekutif TNP2K, saat berbicara di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (9/10/2019).
Data yang ia paparkan cukup mengejutkan. Hanya 1 persen penduduk yang menguasai 50 persen aset nasional. Jika diperluas ke 10 persen keluarga terkaya, maka mereka mengendalikan sekitar 70 persen kekayaan Indonesia. Artinya, 90 persen penduduk lainnya harus berbagi hanya 30 persen aset yang tersisa.
Kesenjangan ini, menurut Bambang, bukan hanya persoalan angka, tetapi nyata terasa dalam kehidupan sehari-hari. “Di Amerika, meski kesenjangannya tinggi, orang miskin masih bisa punya mobil dan menyewa rumah. Di Thailand, meskipun timpang, masyarakatnya relatif homogen. Di Indonesia, kesenjangan diperparah dengan kemajemukan bangsa,” jelasnya.
Ia bahkan mengutip pernyataan Jusuf Kalla yang kerap menyinggung fenomena ketimpangan berbasis identitas: dari sepuluh orang kaya, sembilan bukan muslim; sementara dari sepuluh orang miskin, sembilan adalah muslim. “Inilah potret dampak dari negara yang majemuk,” lanjutnya.
Dampak sosial dari ketimpangan yang tajam adalah munculnya kecemburuan di masyarakat. Karena itu, Bambang menekankan, pemerintah harus serius mengurangi jurang tersebut dengan meningkatkan pendapatan kelompok bawah sekaligus memenuhi hak-hak dasar mereka.
Menurutnya, ada tiga langkah mendesak yang harus dilakukan negara:
-
Pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, sanitasi, listrik, dan air bersih.
-
Penciptaan lapangan kerja layak melalui investasi dan pembangunan infrastruktur.
-
Penyediaan jaminan sosial agar seluruh warga merasa terlindungi.
“Tanpa akses pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja yang merata, kesenjangan hanya akan semakin melebar,” tutup Bambang.