Ada aroma ketan hangat yang menyeruak dari sebuah rumah makan sederhana di pinggir Jalan Raya Jakarta–Bogor, Cisalak Pasar. Di sinilah Tape Uli Cisalak, kudapan khas Depok yang sudah melegenda sejak 1957, masih bertahan hingga kini.
Dalam program Ngider, Ketua TP-PKK Kota Depok, Siti Barkah Hasanah atau akrab disapa Cing Ikah, menyempatkan diri singgah. Ia tak hanya menyapa para istri Forkopimda yang hadir, tetapi juga ikut menyaksikan dari dekat proses pembuatan tape dan uli yang sudah turun-temurun.
Pemilik usaha, Erik Suryawan, dengan bangga menceritakan rahasia keluarganya. “Mulai jam 4 subuh kami sudah bekerja. Ketan dicuci, dikukus, dicampur kelapa, lalu ditumbuk. Untuk tape, ketan yang sudah matang didinginkan dulu, baru diberi ragi hingga siang hari,” jelasnya.
Yang menarik, kata Erik, ada mitos soal suasana hati pembuat tape. “Kalau lagi bad mood, hasilnya bisa asam. Pernah saya coba sendiri, bahannya sama, tapi rasanya berbeda,” katanya sambil tertawa.
Cing Ikah yang ikut mencicipi pun tak bisa menyembunyikan ekspresi kagumnya. “Wah, rasanya legit sekali. Tape uli ini pantas jadi ikon kuliner Depok. Semoga makin dikenal luas, bukan hanya di sini tapi juga di luar negeri,” ujarnya antusias.
Tak hanya menawarkan tape uli, rumah makan Erik juga menyajikan menu rumahan seperti laksa, ayam goreng, hingga sop ayam. Kehadiran Pemkot Depok, menurut Erik, membuat pelaku UMKM seperti dirinya merasa lebih dihargai. “Terima kasih atas perhatian Ibu Wali Kota dan jajaran Forkopimda. Ini memberi semangat besar untuk kami,” tuturnya.
Bagi warga yang penasaran, silakan mampir langsung ke RM Tape Uli Cisalak di Jalan Raya Jakarta–Bogor No. 15, Cimanggis. Di sana, sobat Depok bisa merasakan sendiri kelezatan kuliner yang konon sudah sampai ke mancanegara.
Menutup kunjungan, Cing Ikah berpesan, “Jangan cuma makan, tapi juga ikut menjaga dan melestarikan kuliner khas kita. Dengan membeli tape uli, artinya kita merawat warisan Depok agar tetap hidup dan semakin mendunia.”