Kisah Benny Moerdani dan “Hubungan Gelap” dengan Israel demi Menjaga Soeharto

4

Depok (14/11/2025) – Meski Indonesia dikenal sebagai negara yang tegas menolak keberadaan Israel, sejarah mencatat adanya hubungan terselubung yang pernah dijalin demi melindungi Presiden ke-2 RI, Soeharto. Operasi rahasia ini melibatkan Leonardus Benny Moerdani, salah satu tokoh intelijen paling legendaris yang pernah dimiliki Indonesia.

Pada masa Benny menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), ia membangun jaringan kuat dengan berbagai pihak, termasuk Israel. Dalam buku “Benny Moerdani: Jejak Perjuangan dan Dedikasi si Raja Intelijen”, diceritakan bagaimana Benny secara diam-diam meminjam roket Israel untuk mengamankan perjalanan Soeharto saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah.

Informasi intelijen yang diperoleh Benny menunjukkan adanya ancaman terhadap keselamatan Soeharto. Karena itu, tanpa banyak pertimbangan, ia mengaktifkan koneksinya di Israel untuk memastikan pertahanan udara pesawat kepresidenan bisa diperkuat.

“Benny pernah meminta roket dari Israel agar pesawat Presiden Soeharto terlindungi dari potensi serangan,” ungkap Salim Said kepada SindoNews (14/11/2025).

Meski ancaman tersebut akhirnya tidak terbukti, langkah preventif tersebut menggambarkan betapa besar perhatian Benny pada keamanan Soeharto, yang kelak menjadi mertuanya.

Operasi Alpha: Misi Intelijen Tergelap dalam Pengadaan Jet Tempur Skyhawk

Selain meminjam roket, hubungan rahasia Benny dengan Israel juga melahirkan operasi clandestine terbesar dalam sejarah TNI AU, yakni pengadaan 32 pesawat tempur A-4E Skyhawk pada 1979. Saat itu kekuatan udara Indonesia sedang menipis; pesawat F-86 dan T-33 telah menua, sementara bantuan Amerika hanya mencakup 16 unit F-5E/F yang tidak cukup menutup kekurangan skadron.

Benny kemudian menjalankan Operasi Alpha, sebuah operasi ultra-rahasia yang dilakukan karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Kerahasiaan dijaga ekstrem:

  • Para anggota yang dikirim diancam tidak akan diakui kewarganegaraannya bila misi gagal.

  • Identitas mereka dibuang ke laut Singapura sebelum keberangkatan.

  • Nama “Israel” diganti menjadi “Arizona” dalam setiap komunikasi resmi.

  • Semua korespondensi dialihkan ke Atase Pertahanan KBRI Washington.

Salah satu anggota tim, Djoko Poerwoko, menceritakan bagaimana mereka tiba di Tel Aviv tanpa paspor dan langsung dikenali oleh petugas intelijen Mossad. Pelatihan intensif berlangsung sampai 20 Mei 1980. Namun setelah selesai, semua bukti keberadaan mereka—brevet, ijazah, peta, hingga barang pribadi—dibakar di depan mata mereka untuk menghapus jejak.

Setelah itu, mereka “disamarkan” dengan dibawa ke Amerika dua pekan, berkeliling kota, berfoto seolah-olah baru lulus dari pelatihan US Marine Corps di Arizona, termasuk berpose di depan Skyhawk milik AS—sebuah kamuflase intelijen.

Pada akhirnya, Indonesia berhasil membawa pulang Skyhawk-Skyhawk tersebut, yang kemudian tampil perdana pada HUT ABRI 5 Oktober 1980.

Komentar

komentar

BAGIKAN