Depok (17/11/2025) – Sebuah insiden mengejutkan menimpa proyek infrastruktur di perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Jembatan gantung yang baru diresmikan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) — yang sempat menjadi ikon Cirebon Timur— mendadak roboh tanpa sebab pasti, meskipun usianya belum genap empat bulan sejak rampung Agustus 2025.
Video ambruknya jembatan penghubung di Desa Losari Lor, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, ini viral di media sosial, memicu pertanyaan serius tentang kualitas konstruksi.
Kehilangan Akses dan Kerugian Warga
Jembatan ini, yang dibangun dengan APBN senilai sekitar Rp13,8 miliar, memiliki panjang 230 meter dan lebar 1,8 meter. Warga setempat, Muslih (48), mengungkapkan betapa vitalnya fasilitas ini.
“Dulu kalau mau ke kampung seberang (Jawa Tengah) jaraknya 8 kilometer, jalan kaki bisa 30 menit. Setelah ada jembatan ini cuma butuh 5 menit,” ujar Muslih, Senin (17/11/2025).
Muslih juga menyebut jembatan tersebut sering dijadikan tempat bersantai. Namun kini, warga hanya bisa menyaksikan fondasi jembatan yang ambrol dan penyangga batu yang roboh. Pemerintah desa dari kedua wilayah kini telah sepakat memasang bambu dan kayu sebagai penanda bahaya, melarang total penggunaan jembatan.
Tujuan Mulia, Akhir Tragis
Jembatan ini merupakan bagian dari program RIC 2024-2025, dirancang untuk pejalan kaki dan kendaraan roda dua dengan kapasitas maksimal 40 orang sekali lintasan. Perwakilan DJBM Kementerian PU sebelumnya, Rina Kumala Sari, menyatakan tujuan proyek ini: “Untuk mempermudah akses warga ke sekolah, tempat kerja, hingga distribusi hasil pertanian dan peternakan. Manfaatnya sudah dirasakan sejak hari pertama.”
Namun, runtuhnya jembatan yang terhitung “baru seumur jagung” ini mengindikasikan adanya kelemahan struktural yang serius dalam pembangunan.
Sebelum insiden, DJBM sempat menekankan pentingnya penggunaan yang tertib dan aman—termasuk tidak bersandar pada tali jembatan atau melintas saat banjir—sebagai upaya pemeliharaan. Namun, ambrolnya fondasi menggeser fokus dari perilaku pengguna ke standar kualitas proyek itu sendiri.
Kini, pihak berwenang dituntut untuk segera menyelidiki penyebab ambruknya jembatan yang didanai APBN ini.







































