Depok (17/12/2025) – Pasar kerja Indonesia menunjukkan tantangan serius pada Agustus 2025. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional mengalami kenaikan tipis dari 4,76% (Februari 2025) menjadi 4,85% per Agustus 2025. Kenaikan ini setara dengan sekitar 7,46 juta penduduk usia kerja yang belum terserap.
Jawa Barat dan Klasemen Pengangguran Tertinggi
Meskipun secara nasional TPT naik, Jawa Barat (Jabar) berhasil sedikit memperbaiki posisinya. Namun, dengan TPT sebesar 6,77%, Jabar masih menempati peringkat ketiga dalam daftar 10 provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia.
| Peringkat | Provinsi | TPT (Agustus 2025) |
| 1 | Papua Barat Daya | 6,96% |
| 2 | Papua | 6,85% |
| 3 | Jawa Barat | 6,77% |
| 4 | Banten | 6,69% |
| 7 | Jakarta | 6,05% |
Perlu dicatat, pada Agustus 2024, Jabar sempat menduduki peringkat pertama dengan TPT 6,75%, menunjukkan bahwa meskipun peringkatnya turun, angka penganggurannya masih sangat tinggi. Provinsi lain yang memiliki TPT di atas rata-rata nasional dan masuk 10 besar meliputi Kepulauan Riau, Maluku, Sulawesi Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
Paradoks Pendidikan: Lulusan SMK Paling Sulit Cari Kerja
Data BPS juga menyoroti fenomena yang kontradiktif antara kurikulum pendidikan dan realitas pasar kerja. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang seharusnya dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja, justru mencatatkan TPT tertinggi.
-
TPT Lulusan SMK: 8,63%
-
TPT Lulusan SMA: 6,88%
-
TPT Lulusan Pendidikan Tinggi (D4-S3): 5,39%
Angka ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian (mismatch) serius antara kompetensi yang dihasilkan oleh pendidikan kejuruan dengan permintaan yang ada di lapangan kerja.



































