Bendera Raksasa Palestina Membentang di Margonda: Suara Depok untuk Kemerdekaan

4

Suasana Car Free Day (CFD) di Jalan Margonda, Depok, Minggu (28/9), mendadak berbeda. Ratusan orang dari Aliansi Kemanusiaan Indonesia (AKSI) dan Qupro Indonesia datang bukan sekadar berolahraga pagi, melainkan membawa pesan kemanusiaan. Sebuah bendera Palestina sepanjang 100 meter terbentang megah, diiringi langkah massa yang berjalan damai menyusuri jalan utama kota.

Dari simpang sebelum fly over Arif Rahman Hakim, arak-arakan itu bergerak pelan. Warga yang menyaksikan sontak menghentikan aktivitasnya, sebagian ikut merekam, sebagian lainnya mengangkat tangan memberi dukungan. Atribut solidaritas—syal, poster, hingga kaos bertuliskan “Free Palestine”—menjadi pemandangan dominan di tengah keramaian.

Bagi AKSI, ini bukan kali pertama. Aksi damai serupa sudah dilakukan empat kali di Depok. Namun, kali ini mereka mengaku membawa pesan khusus: merespons isu Palestina yang kembali mengemuka dalam Sidang Umum PBB.

“Bendera ini simbol perjuangan. Karena sampai hari ini, Palestina masih belum diakui sebagai negara penuh, hanya sebagai entitas. Padahal, dukungan sudah datang dari 153 negara,” jelas Ali Amril, Ketua AKSI.


Suara dari Depok untuk Dunia

Ali menegaskan, aksi ini bukan hanya seremoni. Bagi mereka, longmarch di Margonda adalah pernyataan sikap: warga Depok turut mencatatkan namanya dalam sejarah panjang perjuangan Palestina.

“Kita ingin dunia tahu, ada suara dari Depok, ada suara dari Indonesia yang konsisten mendorong pengakuan kemerdekaan Palestina,” tegasnya.

Tak berhenti di situ, aksi juga dibarengi deklarasi menolak genosida, menuntut masuknya bantuan ke Gaza, serta mendesak perlindungan hak-hak dasar warga Palestina.


Harapan yang Tak Pernah Padam

Bagi Ali, perjuangan ini ibarat estafet. “Kalau kita bosan, Allah akan ganti dengan orang lain. Tapi yakinlah, dengan atau tanpa kita, Palestina akan merdeka,” ujarnya lantang.

Ia juga mengajak masyarakat agar terus mengawal perjuangan itu—entah lewat doa, moral support, atau sumbangan nyata bagi korban yang terdampak perang.

“Uluran tangan sekecil apapun sangat berarti,” pungkasnya.


Pagi itu, Jalan Margonda bukan hanya jalur CFD. Ia menjelma menjadi panggung solidaritas, tempat suara-suara warga Depok bergema lantang: “Tidak boleh ada bangsa yang terus hidup dalam penjajahan!”

Komentar

komentar

BAGIKAN