Harapan Baru Pendidikan di Depok: Ketua DPRD Pantau Langsung Pendaftaran Program Sekolah Swasta Gratis

14
Screenshot

hariandepok.id | Kamis, 17 Juli 2025 —Langkah kecil bisa berarti besar, terutama jika menyangkut masa depan anak-anak. Ketua DPRD Kota Depok, Ade Supriyatna, menunjukkan komitmennya terhadap akses pendidikan yang merata dengan memantau langsung proses pendaftaran tahap kedua Program Rintisan Sekolah Swasta Gratis (RSSG) di Gedung Dibaleka 2, Kompleks Balai Kota Depok.

Melalui unggahan di media sosial pribadinya (@bang_adesupriyatna), Bang Ade — sapaan akrabnya — membagikan momen saat dirinya berdialog langsung dengan warga yang sedang mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah swasta yang kini bisa diakses secara gratis melalui program RSSG.

“Alhamdulillah, sudah ada 50 sekolah tingkat SMP dan MTs yang tergabung dalam program ini,” tulisnya dengan penuh semangat. Rasa syukurnya menggambarkan harapan baru bagi banyak keluarga yang selama ini merasa terbatasi oleh biaya pendidikan di sekolah swasta setelah tidak lolos di sekolah negeri.

Kehadiran Bang Ade di tengah-tengah warga bukan sekadar simbolik. Ia benar-benar mendengarkan. Salah satu warga Depok, seorang bapak beragama Kristen, menyampaikan bahwa di wilayah tempat tinggalnya belum ada sekolah Kristen yang terdaftar dalam program ini. Keluhan ini diterima dengan terbuka dan menjadi catatan penting bagi DPRD serta pihak terkait untuk mendorong pemerataan sekolah dari berbagai latar belakang.

Program RSSG sendiri menjadi angin segar bagi orang tua yang ingin memberikan pendidikan terbaik tanpa terbebani biaya mahal. Kini, sekolah swasta pun perlahan-lahan menjadi pilihan yang setara — bukan hanya untuk yang mampu, tetapi juga untuk semua.

“Mari kita dukung terus inisiatif baik ini agar makin banyak anak Depok yang bisa sekolah dengan layak dan tanpa beban biaya,” ajak Bang Ade dalam unggahannya.

Semangat inklusif dan keadilan dalam pendidikan kini perlahan tumbuh di Kota Depok. Melalui langkah-langkah nyata seperti ini, harapan bahwa setiap anak — tanpa memandang latar belakang agama maupun ekonomi — bisa mengakses pendidikan yang berkualitas, bukan lagi sekadar mimpi.

Komentar

komentar

BAGIKAN