Depok (16/12/2025) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan langkah masif untuk memperkuat sistem peringatan dini bencana nasional. Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto dalam sidang kabinet paripurna (Senin, 15/12/2025) bahwa lembaga tersebut telah memasang lebih dari 10.000 detektor di 191 daerah.
Ribuan alat ini, yang tersebar di stasiun-stasiun BMKG, berfungsi memantau kondisi cuaca, gempa, dan tsunami. BMKG juga memasang lightning detector di 38 Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk memantau lokasi dan intensitas petir secara presisi.
Masa Depan Prakiraan: Impact-Based Forecast (IBF)
Faisal Fathani menyoroti pengembangan sistem prakiraan cuaca generasi berikutnya: Impact-Based Forecast (IBF) atau Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak.
Dengan sistem IBF ini, informasi prakiraan cuaca tidak hanya mencantumkan kondisi meteorologis, tetapi juga memperhitungkan secara spesifik potensi dampak yang akan ditimbulkan oleh cuaca tersebut.
“Kita bisa memprediksi petir akan terjadi di mana dan kapan akibat dari kondisi cuaca di sekitarnya,” jelas Faisal, menunjukkan peningkatan akurasi dalam mitigasi risiko.
Operasi Modifikasi Cuaca (TMC) Menghadang Siklon
Untuk mengantisipasi ancaman hujan ekstrem yang dipicu oleh siklon Bakung, bibit siklon 93S, dan 95S, BMKG segera mengaktifkan Operasi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Lampung.
Tujuan utama TMC adalah mencegah awan hujan mendekati daratan. Faisal menjelaskan dua metode yang digunakan:
-
Penyemaian Awan: Menggunakan bahan semai NaCl (garam) untuk menjatuhkan awan hujan di perairan atau laut, jauh dari wilayah berbahaya.
-
Pemecahan Awan: Menggunakan CaO (kapur tohor) untuk memecah formasi awan saat sudah berada di atas area padat penduduk (misalnya Jakarta), mencegah turunnya hujan lebat.
Modifikasi cuaca ini diklaim mampu mengurangi curah hujan signifikan, berkisar antara 20 hingga 50 persen. BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada terhadap potensi curah hujan dan gelombang tinggi, mengingat kolaborasi erat terus dilakukan dengan BNPB, BPBD, dan Basarnas.




































