Isu Privasi di Ruang Publik: Fenomena Fotografer ‘Misi Paket’ di Bogor Disorot

2

Depok (18/11/2025) – Media sosial dihebohkan oleh keluhan warganet mengenai praktik oknum fotografer di jalur Sistem Satu Arah (SSA) Kebun Raya Bogor. Para fotografer tersebut dilaporkan mengirimkan foto hasil jepretan mereka kepada warga yang sedang berolahraga lari melalui aplikasi WhatsApp, disertai sapaan khas: “Misi paket kak.”

Laporan viral menyebutkan bahwa praktik ini dianggap mengganggu, bahkan ada warga yang pernah mengeluarkan uang hingga Rp 300 ribu per minggu setelah dikirimi foto. Disebutkan pula bahwa sasaran fotografer adalah para pelari yang sudah dikenali sebelumnya.

Tanggapan Wali Kota Bogor: Batas Toleransi dan Etika Bersama

 

Menanggapi kehebohan ini, Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, menyatakan bahwa hingga kini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor belum menerima laporan resmi mengenai adanya pemaksaan. Menurutnya, aktivitas para juru foto di seputaran SSA masih berada dalam “batas toleransi.”

Namun, Dedie mengakui bahwa fenomena memotret objek lari kini menjadi viral dan dianggap mengganggu privasi di ruang publik. Oleh karena itu, ia menyerukan agar semua pihak sama-sama belajar demi menghindari potensi pelanggaran dan konflik.

Solusi yang Ditawarkan Pemkot:

  1. Kode Non-Verbal: Para pelari disarankan memberikan kode secara halus kepada fotografer jika tidak ingin aktivitasnya diabadikan, sebagai cara termudah untuk menghindari konflik.

  2. Saling Menghargai: Dedie mendesak para fotografer untuk menghargai privasi pelari. Ia menekankan perlunya kesepakatan tidak tertulis atau etika sosial yang intinya adalah saling menghargai.

Inti dari tanggapan Pemkot adalah mediasi dan imbauan agar kedua belah pihak—fotografer yang mencari nafkah dan warga yang berolahraga—menjunjung tinggi etika di ruang publik.

Komentar

komentar

BAGIKAN