Depok (14/11/2025) – Indonesia dan Norwegia telah mengukuhkan kemitraan iklim mereka dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) perdagangan karbon yang ambisius, mencakup volume hingga 12 juta ton ekuivalen $\text{CO}_2$ ($\text{CO}_2e$).
Penandatanganan strategis ini berlangsung di panggung global COP30 di Brasil (Kamis, 13/11), melibatkan PT PLN (Persero) dari pihak Indonesia dan perusahaan Norwegia, Global Green Growth Institute (GGGI). Acara ini disaksikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq, dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen.
Deklarasi Kemenangan Pasal 6 Perjanjian Paris
Menteri Hanif Faisol Nurofiq memuji kesepakatan ini sebagai terobosan bersejarah:
“Hari ini kita mencapai tonggak sejarah yang menentukan pencapaian selanjutnya bagi kerja sama Indonesia-Norwegia dan membuktikan kepada dunia bahwa kita dapat menjadi pemimpin dalam implementasi perdagangan karbon melalui skema Pasal 6 Perjanjian Paris.”
Bagi Indonesia, momen ini menegaskan kemampuan negara dalam mendukung pencapaian target global pengurangan emisi gas rumah kaca.
Ekspansi Pasar Karbon: Dari Hutan ke Teknologi
Indonesia tidak hanya mengandalkan sektor berbasis alam (Nature Base Sector/NBS). Menteri Hanif menegaskan rencana perluasan perdagangan karbon melalui Basis Teknologi (Tech-Base) di sektor energi terbarukan, dengan target spesifik pada program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), juga senilai 12 juta ton $\text{CO}_2e$.
“Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Indonesia mampu menjalankan perdagangan karbon tidak hanya dari NBS tetapi juga dari Basis Teknologi yang selama ini kurang seimbang implementasinya,” tambahnya.
Pihak Norwegia melalui Menteri Eriksen menyatakan kegembiraan atas tercapainya kesepakatan ini, mengakui program ini sebagai salah satu yang terbesar dalam kerangka Pasal 6.
PLN: Potensi Kredit Karbon Senilai 12 Juta Ton
Evy Haryadi, Chief Technology and Sustainability Officer PLN, menjelaskan bahwa MoU ini adalah mutual express of intent, menandakan kesamaan minat antara PLN dan mitra Norwegia untuk mengeksplorasi eksekusi perdagangan karbon secara nyata.
Meskipun detail final masih dieksplorasi, Evy mengonfirmasi: “Totalnya belum dapat informasi secara clear, tetapi plafonnya adalah sekitar, nantinya kalau di-convert ke dalam karbon kreditnya, sekitar 12 juta ton ekuivalen.”
Kesepakatan ini menempatkan Indonesia pada posisi terdepan sebagai supplier kredit karbon yang memanfaatkan mekanisme pasar global untuk mencapai tujuan iklim.






































