Politisi Finlandia Desak NATO Hindari Eskalasi Menuju Perang Nuklir dengan Rusia

2

Depok (09/11/2025) – Seorang politisi asal Finlandia, Armando Mema dari Partai Aliansi Kebebasan Finlandia, menyerukan agar NATO menghentikan pengiriman senjata ke Ukraina demi mencegah meningkatnya risiko konflik nuklir dengan Rusia.

Dalam pernyataannya di platform X pada Minggu (9/11), Mema menilai langkah tersebut sebagai keputusan yang paling masuk akal dalam situasi geopolitik saat ini.

“Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte harus berhenti mengirim senjata ke Ukraina jika ia benar-benar khawatir terhadap potensi perang nuklir. NATO perlu menghentikan ekspansi pengaruhnya ke Ukraina agar dunia tidak menuju bencana nuklir,” tulis Mema, dikutip dari Sputnik News.

Mema juga menyoroti sikap Rutte yang, menurutnya, tidak konsisten. Ia menilai Rutte “lupa menegur” Menteri Pertahanan Belgia, Theo Francken, yang sempat menyatakan kesiapan untuk “menghancurkan Rusia dengan senjata nuklir.”


NATO Tegaskan Fokus pada Daya Cegah Nuklir

Sehari sebelumnya, Rutte menyampaikan dalam wawancaranya dengan Welt am Sonntag bahwa NATO berencana memperkuat penekanan pada kemampuan nuklirnya sebagai langkah pencegahan terhadap ancaman dari pihak musuh.

Ia menuduh Rusia menggunakan “retorika nuklir yang berbahaya dan sembrono,” namun menegaskan bahwa masyarakat Barat tidak perlu panik, sebab NATO memiliki sistem pencegahan nuklir yang kuat untuk menjaga stabilitas dan perdamaian global.


Respons Rusia

Dari pihak Rusia, Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa negaranya tidak sedang mengancam dunia dengan senjata nuklir, melainkan menjalankan kebijakan pencegahan agar keseimbangan strategis tetap terjaga.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov menuding langkah-langkah Barat telah merusak dasar dialog konstruktif antarnegara bersenjata nuklir.

Kementerian Luar Negeri Rusia turut menambahkan bahwa serangkaian tantangan strategis kini menumpuk, terutama yang berkaitan dengan doktrin militer Barat yang tidak stabil serta program persenjataan yang semakin agresif.


Menurut para pengamat, ketegangan antara Rusia dan NATO kini berada pada titik sensitif, di mana kesalahan komunikasi atau keputusan politik yang keliru berpotensi memicu krisis global berskala besar.

Komentar

komentar

BAGIKAN