Presiden Prabowo Kenang Semangat Pertempuran Surabaya dalam Renungan Suci Hari Pahlawan

7

Depok (10/11/2025) – Di tengah malam yang hening, Presiden Prabowo Subianto kembali menengok lembar paling berani dari sejarah kemerdekaan: Pertempuran Surabaya. Pada upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Utama Nasional Kalibata, Minggu (9/11/2025) malam, ia memimpin penghormatan dan mengajak bangsa mengingat para pejuang yang gugur mempertahankan Republik.

Berdiri di depan Tugu Garuda Pancasila, Prabowo mengingatkan bahwa peristiwa 10 November 1945 adalah benturan gigih rakyat melawan kekuatan asing pasca-Perang Dunia II. “Dengan perlawanan dan pengorbanan yang begitu besar, mereka telah mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia,” ujarnya, seraya mengimbau semua hadirin mendoakan arwah para pahlawan dan menghargai jasa mereka.

Presiden menekankan pesan sederhana namun tegas: jangan sekali-kali melupakan kepahlawanan para pendahulu. Peringatan ini berlangsung dihadapan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, hampir seluruh kabinet, pimpinan lembaga negara, serta komando TNI–Polri, menandai penghormatan kolektif negara terhadap mereka yang berkorban.

Sejarah yang dikenang malam itu berkisah tentang Kota Surabaya yang meletup menjadi medan perlawanan setelah insiden seperti perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato dan tewasnya Brigjen Mallaby. Ultimatum menyerah dari pihak Sekutu justru memantik kemarahan rakyat; perlawanan selama sekitar tiga minggu itulah yang mengukir nama 10 November sebagai hari kepahlawanan.

Salah satu nyala semangat yang diputarkan kembali dalam renungan adalah pidato sakral Bung Tomo, yang mengguncang hati pejuang: “Saudara-saudara rakyat Surabaya… lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: Merdeka atau mati!” Petikan kata-kata itulah yang malam itu mengingatkan hadirin bahwa kemerdekaan lahir dari keberanian, pengorbanan, dan tekad yang tak tergoyahkan.

Komentar

komentar

BAGIKAN