Sungai Ciliwung di kawasan Grand Depok City kembali menjadi pusat perhatian. Senin (29/09/25), Komunitas Ciliwung Depok (KCD) menerima kunjungan studi internasional dari Ngee Ann Polytechnic Singapura yang bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI). Sebanyak 55 peserta terlibat aktif dalam rangkaian kegiatan yang berfokus pada pembersihan sungai, edukasi lingkungan, dan pelepasliaran ikan lokal.
Belajar Bersama Lintas Negara
Sekretaris KCD sekaligus penanggung jawab kegiatan, Elang, menyebut kegiatan ini bukan sekadar studi banding biasa. Menurutnya, kesempatan ini membuka ruang berbagi pengalaman sekaligus memperkenalkan kekayaan hayati Sungai Ciliwung.
“Kami ingin menunjukkan keanekaragaman hayati Ciliwung sekaligus berbagi cerita bagaimana Depok dan Singapura menangani isu sampah sungai,” jelasnya.
Sampah Jadi Tantangan Bersama
Elang menegaskan, sampah masih menjadi masalah serius yang melintasi hampir seluruh aliran sungai. Banyak di antaranya terbawa dari hulu.
“Ini harus menjadi tanggung jawab kolektif. Sungai tidak bisa bersih hanya oleh segelintir pihak. Semua harus terlibat,” tegasnya.
Pelepasliaran Ikan Lokal
Selain bersih-bersih, momen ini juga diisi dengan pelepasliaran beberapa ikan asli Ciliwung. KCD melepas ikan nilam (Osteochilus vittatus), betok (Anabas testudineus), dan tawes (Barbonymus gonionotus).
Jumlah yang dilepas memang tidak banyak, namun Elang menekankan fokus mereka ada pada kualitas.
“Pelepasan dilakukan setelah memastikan kondisi air memadai. Kami juga rutin menguji kualitas air agar ikan dapat bertahan hidup di habitatnya,” ujarnya.
Menjaga Konsistensi
Bagi KCD, kegiatan ini hanyalah salah satu langkah kecil dari upaya panjang memulihkan ekosistem sungai.
“Harapan kami kegiatan semacam ini tidak berhenti di sini. Yang paling penting adalah konsistensi seluruh masyarakat untuk merawat sungai,” kata Elang.
Ia pun mengajak warga Depok menjadikan sungai sebagai warisan bersama yang harus dijaga kebersihannya.
