Hariandepok.id | Selasa (19/11/2024) – Sampah semakin menjadi momok
besar bagi banyak kota di Indonesia, tak terkecuali Depok. Dengan jumlah penduduk
yang terus berkembang, permasalahan pengelolaan sampah di kota ini semakin
kompleks, memerlukan langkah-langkah nyata dan solusi berkelanjutan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menunjukkan keseriusannya dalam menangani
permasalahan sampah. Hal ini terlihat dari langkah-langkah kebijakan yang sudah
dibuat.
Berikut ini langkah yang sudah dan sedang dilakukan oleh Pemkot Depok melalui
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok yang berhasil Tim
Redaksi HarianDepok kumpulkan melalui wawancara langsung dan pemberitaan di
media online maupun sosial media.

Budidaya Maggot
Pertama, adanya budidaya maggot, yang merupakan salah satu cara untuk
mengurai sampah organik.
Pengolahan sampah dengan metode ini telah diberlakukan di Unit Pengelolaan
Sampah (UPS) Merdeka 3 Kec. Sukmajaya.
Maggot mampu mengkonsumsi sampah organik dalam jumlah besar,
menguranginya hingga 80%. Tak hanya itu, maggot juga bisa dimanfaatkan menjadi pakan ternak. Pengolahan sampah organik melalui maggot terbilang efektif. Sebab,
hanya dalam waktu 24 jam, sampah organik bisa habis urai.

Komposting
Kedua, adanya program komposting yang mengolah sampah organik menjadi
pupuk tanaman dengan cara mencampurkan sampah-sampah dapur seperti
sayur-sayuran, buah-buahan dan sampah yang dapat membusuk lainnya ditambah
serbuk kayu atau daun-daun kering dengan perbandingan 1:1 ke dalam wadah
pembuatan kompos yang disebut komposter.
Setiap hari dilakukan pengadukan hingga diperoleh hasil setelah 8 minggu. Hasil
akan terlihat seperti tanah yang berwarna hitam dan tidak berbau. Hasil dapat
langsung digunakan pada tanaman seperti bunga dan pohon.
UPS Beji yang berlokasi di jalan Jawa Kelurahan/Kecamatan Beji melayani 36 titik
pengangkutan sampah organik yang tersebar di enam kelurahan.
Pemilahan sampah dari masyarakat, diolah di UPS Beji menjadi pupuk organik.
Pupuk tersebut nantinya akan diberikan ke masyarakat secara gratis dengan syarat
masyarakat harus sudah memilah sampah.
Proses pengolahan sampah organik menjadi pupuk merupakan salah satu langkah
efektif dalam pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Berhasil Kantongi Izin Melakukan Pembuangan Sampah ke TPPAS Lulut
Nambo
Ketiga, sejak 20 Agustus 2024 Pemkot Depok akhirnya mengantongi izin untuk
membuang sampah ke Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
(TPPAS) Regional Lulut Nambo, Kabupaten Bogor, yang pada fase 1 ini dijatah
sebanyak 10 ton perhari dalam pembuangan sampah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Depok, Abdul Rahman
menjelaskan bahwasanya proses meminta izin ini sudah dilakukan sejak beberapa
tahun lalu, namun karena berbagai macam hal menjadi tertunda.

Alat Incinerator Siap Olah Sampah 20 Ton/Hari
Keempat, Menyiapkan Alat Incinerator Yang Dapat Olah Sampah 20 Ton/Hari, yang
saat ini alat-alat tersebut berada di TPS Merdeka, Kec. Sukmajaya yang akan
melayani beberapa wilayah disekitarnya, yaitu Abadijaya, Mekarjaya, dan
Sukmajaya. Nantinya, sampah dari daerah tersebut akan dikirim ke TPS Merdeka
untuk diolah.
Kepala Bidang Kebersihan dan Kemitraan DLHK Kota Depok, D. Ardan Kurniawan
menjelaskan bahwa Incinerator yang pertama kali hadir di Kota Depok ini dirancang
untuk memproses semua jenis sampah, baik organik, non-organik, maupun residu
(sampah yang sulit diolah seperti sofa rusak, dll).
Wilayah Kecamatan Sukmajaya ini dipilih sebagai lokasi perdana Incenerator yang
berada di Kota Depok dikarenakan alasan kepadatan penduduknya.
Ardan juga menjelaskan bahwa alat ini pun sudah teregistrasi di Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH), serta sudah sesuai dengan standar SNI dan ramah
lingkungan.
Walikota Depok, Mohammad Idris dalam suatu kesempatan menjelaskan bahwa
pada tahun depan, rencananya setiap Unit Pengolahan Sampah (UPS) di tiap
kecamatan Kota Depok akan memiliki dua buah incinerator untuk mengurangi
sampah yang berakhir di hilir.
Segera Membangun TPST Kapasitas 300 Ton/Hari
Kelima, berdasarkan artikel di media online ruzkaindonesia.id, dijelaskan bahwa
Program Pemerintah Pusat, Improvement of Solid Waste Management to Support
Regional and Metropolitan Cities (ISWMP) menjadikan Kota Depok salah satu kota
yang dibina untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah.
Program Kementerian PUPR berskala nasional ini bukan hanya membangun
infrastuktur saja, tetapi juga tata kelolanya. Seperti, kelembagaannya,
pembiayaannya, perubahan perilaku masyarakat.
Team Leader National Project Management Consultant (NPMC)-ISWMP, Direktorat
Sanitasi, Kementerian PUPR, Ria Ismaria mengatakan, program ini dimulai pada
tahun 2019. Kota Depok masuk pada 2022 akhir dan menjadi salah satu kota yang
lolos dalam tahap penjaringan.
“Program ini bukan hanya membangun infrastuktur saja, tetapi juga tata kelola,
kelembagaannya, pembiayaannya dan perubahan perilaku masyarakat,” ujar Ria,
Kamis (22/06/2023).
Menurut Ria, Pemerintah Daerah (Pemda) yang terjaring cukup ketat dalam program
ini, karena ada 11 rencana aksi yang harus dipenuhi. Di antaranya, harus
mempunyai lahan minimal 1 hektare karena akan dibangun infrastruktur.
“Lalu, membuat desain atau rencana induk pengolahan sampah. Kemudian, Pemda
harus mau mengalokasikan anggaran biaya operasional setelah infrastuktur
dibangun. Kota Depok bersedia dan menyanggupi semua itu,” jelasnya.
Lanjut Ria, dengan persyaratan dan ketentuan yang ada, Kota Depok cukup
responsif dan pemerintahnya mempunyai perhatian yang besar terhadap
pengelolaan sampah.
Direncanakan, melalui program ini akan dibangun Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) di dekat TPA Cipayung. Sehingga permasalahan sampai di Kota
Depok bisa diatasi.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPA Cipayung, Ferry Dewantoro, pada
Minggu (10/11/2024) mengatakan TPST ini akan menjadi tempat pengolahan
sampah dengan kapasitas 300 ton per hari yang akan diolah menjadi bahan bakar
dan disalurkan ke pabrik-pabrik yang membutuhkan.
“Kouta 300 ton per hari ini bisa mengurangi beban sampah yang dibuang ke UPTD
Pengelolaan Sampah Cipayung yang tiap hari bisa mencapai 800 sampai 1.000 ton,”
tuturnya.

Kondisi TPA Ciapayung saat ini telah berjalan normal, serta untuk mencegah
terjadinya longsor kembali, pihak UPTD TPA Cipayung membentuk terasering
layaknya seperti sawah.
Dengan bentuk terasering ini akan mengokohkan bagian bawah tumpukan sampah,
dan mencegah terjadinya longsor, sehingga memudahkan untuk proses pengolahan
sampah di TPA Cipayung.
Oktober 2023, Pemkot Depok Belajar ke TPST Kedungrandu,
Banyumas, Jawa Tengah
Berdasarkan pemberitaan yang dibuat oleh Radar Depok di portal berita onlinenya,
pada pertengahan bulan Oktober tahun 2023 lalu, Wakil Walikota Depok, Imam Budi
Hartono bersama rombongan, yang juga ikut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan (DLHK) Kota Depok, Abdul Rahman menyambangi TPST Kedungrandu,
Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, pada Rabu (18/10/2023).
Disana, Bang Imam, sapaan akrab Wakil Walikota Depok dan rombongan berkeliling
TPST Kedungrandu Banyumas untuk menyaksikan secara langsung prosedur
pengelolaan sampah.
Sampah organik diolah menjadi pupuk organik yang bermanfaat sebagai media
budidaya maggot.
Sedangkan, sampah anorganik atau plastik dicacah menjadi Refuse Derived Fuel
(RDF). Nantinya, akan disulap menjadi bahan bakar pengganti batu bara di pabrik
semen.
Bahkan, penanganan sampah di Kabupaten Banyumas tidak sekedar mengubah
sampah jadi berkah. Melainkan, mampu juga menurunkan emisi gas rumah kaca.
Teranyar, penanganan sampah di Kabupaten Banyumas telah menyentuh 98
persen. Angka itu jauh melampaui rata-rata penanganan sampah di negara negara
Asean yang baru tertangani sekitar 20 persen.
“Kunjungan ini dalam rangka mempelajari proses pengelolaan sampah di Kabupaten
Banyumas yang nantinya dapat diadaptasi di Kota Depok,” ungkap Imam Budi
Hartono
Menurut Imam Budi Hartono, alasannya dan rombongan menyambangi TPST
Kedungrandu untuk mempelajari pengelolaan sampah adalah keberhasilan
Kabupaten Banyumas yang menjadi percontohan di Indonesia.
Apalagi, Kabupaten Banyumas pernah meraih Smart Green Asean Cities 2023 dari
UNCDF mewakili Indonesia untuk Negara Asean, beberapa waktu lalu.
Banyumas menjadi salah satu percontohan pengelolaan sampah di Indonesia serta
peraih Smart Green Asean Cities 2023 dari UNCDF mewakili Indonesia untuk
Negara Asean,” tandas Imam Budi Hartono.
Selain itu, Upaya lain yang dilakukan oleh Pemkot Depok adalah terus
mengkampanyekan pemilahan dan pengolahan sampah dari hulu, seperti
melakukan sosialisasi pengolahan sampah yang dapat dilihat dari postingan pada
akun instagram DLHK Kota Depok,
Kemudian mengkampanyekan untuk melakukan pengelolaan sampah dengan
membuat biopori dan komposting.
Namun masalah sampah ini merupakan tanggung jawab kita bersama.
Yuk kita pilah dan olah sampah dari Hulu, bukan dari Hilir.
Sampahku, tanggung jawabku 😊***
Nah, setelah membaca tulisan ini, menurut kamu apakah persepsi mengenai
Pemkot Depok cuek, tinggal diam tidak mengurus persoalan sampah di Depok itu
tepat? hmm…