Menyala Timnas! Asa Piala Dunia 2026 Semakin Terbuka!

29
Foto Dokumentasi : (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)

Hariandepok.id | Rabu, 11 September 2024 – Piala Dunia 2026 belum dekat, tetapi sudah tidak terlalu jauh bagi Timnas Indonesia. Hasil imbang 0-0 melawan Australia salah satu barometernya.

Dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Selasa (10/9) malam, Socceroos dibuat frustrasi oleh Jay Idzes dkk.

Memang, jika dilihat dengan kacamata statistik, Indonesia relatif kepayahan. Penguasaan bola 37 berbanding 63 persen dan tendangan ke gawang lima berbanding 19.

Oratmangoen sampai bertekuk lutut beberapa kali di penghujung babak kedua, tetapi ia tak menyerah. Lelah, tapi tetap mengejar bola untuk membantu pertahanan.

Memang, Marselino Ferdinan tampak jelas sangat gugup. Pada awal-awal babak pertama, sentuhannya agak kacau. Ini membuat Shin Tae Yong memberi amuk. Efeknya, performa Marceng naik.

Memang, Marteen Paes seperti menggendong tim. Narasi “jika bukan Paes, mungkin Indonesia kalah 0-5” terasa nyata, namun tidak demikian juga. Ada kerja keras kolektif yang menyala.

Memang, strategi Shin Tae Yong pragmatis. Serangan balik yang dirancang jadi senjata ampuh belum bertuah, tetapi dinamisme taktik permainan semakin kaya dari satu laga ke laga lainnya.

Hukum dasar sepak bola mengatakan, kekayaan strategi akan menunjang performa. STY dengan percaya diri mengatakan, performa Indonesia akan meningkat di laga selanjutnya.

Argumennya, saat ini sebagian besar pemain masih berjuang mengembalikan kondisi diri di klub. Ada yang sudah jadi pemain inti di kompetisi, tetapi masih ada yang jadi cadangan mati.

Seiring berjalannya kompetisi, Shin yakin level fisik pemain akan berisi. Sentuhan yang sempat hilang bakal kembali. Dan, ini yang penting, mentalitas ikut berdiri.

Situasi ini, dalam kacamata Shin Tae Yong, bisa membuat penampilan Indonesia makin garang. Jika Arab Saudi dan Australia saja bisa ditahan, menang atas China dan Bahrain tentu bukan khayalan.

Apakah ini artinya Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, tak jauh lagi? Tentu. Namun, jauh dekat bukan ukuran, sebab siapa saja bisa kecelakaan.

Jepang niscaya akan menebas siapa saja, termasuk Indonesia. Arab Saudi dan Australia akan balas dendam. Dan, Bahrain dan China tak akan menyerah begitu saja. Indonesia jadi incaran.

Dengan hasil imbang dengan Arab Saudi dan Australia, Indonesia menempati peringkat keempat Grup C Fase Ketiga Zona Asia Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Masih ada delapan pertandingan tersisa hingga Juni 2025 nanti. Segala kemungkinan masih bisa terjadi. Bisa jadi Indonesia terbenam, tetapi bisa pula Garuda melenting.

Saat ini euforia Timnas begitu menggema. Tak hanya di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata. Hadirnya pemain-pemain naturalisasi, turut mengatrol citra Timnas Indonesia.

Mereka ini: Marteen Paes, Jay Idzes, Sandy Walsh, Calvin Verdonk, Shayne Pattynama, Ivar Jenner, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Ragnar Oratmangoen, juga Rafel Struick, jadi bintang.

Mereka memang bukan bintang dunia, di Eropa sana bukan siapa-siapa, tetapi di Indonesia relatif dipuja. Untuk ukuran dunia maya, mereka mulai diikuti jutaan orang (akun).

Pada saat yang sama, pemain-pemain yang tak berkiprah di Eropa kian kehilangan legitimasi. Status kebintangan mereka redup dan menit main di Timnas ikut tergerus.

Mereka ini: Ernando Ari, Nadeo Argawinata, Adi Satryo, Ricky Kambuaya, Egy Maulana Vikri, Ramadhan Sananta, Dimas Drajad, juga Hokky Caraka, tak layak tenggelam.

Sebaliknya, mereka seyogyanya terlecut. Tirakat pantas dilakukan. Menepi dari kesenangan dan berkutat dengan latihan dilakukan agar kesempatan senantiasa diberikan.

Apalagi PSSI belum akan berhenti dengan program naturalisasi. Terdekat, akan segera diproses naturalisasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders. Kualitas keduanya bukan kaleng-kaleng.

Persaingan semakin ketat. Jika mimpi ke Piala Dunia 2026 layak diperjuangkan, pastikan bukan hanya cadangan. Wahyu Prasetyo sudah membuktikan layak diberi kesempatan.

Dalam delapan laga tersisa; tandang ke Bahrain dan China, menjamu Jepang dan Arab Saudi, tandang ke Australia dan lawan Bahrain, serta menjamu China dan tandang ke Jepang; ada asa.

Tampil di putaran final Piala Dunia 2026 sungguh tak mudah. Mungkin saja, langkah ke sana semakin dekat, tetapi itu tidak akan ada artinya jika performa diri stagnan.

Dan, performa PSSI juga tak boleh kendor. Jangan sampai orkestrasi politik menghambat. Frasa ‘kick politic out of football’ selayaknya dijiwai federasi. Ini bukan soal jauh dekat.

Komentar

komentar

SUMBERCNN Indonesia
BAGIKAN